Pages

Tuesday, June 29, 2010

kisah nabi Hud a.s.

Nabi Hud a.s. ialah salah seorang rasul dan nabi yang diturunkan oleh Allah s.w.t. untuk membimbing manusia ke jalan yang benar.

kisah nabi Hud a.s.

Selesailah kisah kaum Nabi Nuh dalam sejarah. Majoriti di antara mereka yang mendustakan ajarannya telah dihancurkan oleh taufan. Sedangkan minoriti antara mereka dapat kembali memakmurkan bumi sebagai wujud dari sunatullah dan janji-Nya: Sedangkan janji Allah SWT kepada Nabi Nuh adalah:

"Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang takwa." (QS. al-Qashash: 83)

Dan janji Allah SWT juga kepada Nabi Nuh adalah:

"Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada pula umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam hehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami. " (QS. Hud: 48)

Berputarlah roda kehidupan dan datanglah janji Allah SWT. Setelah datangnya taufan, tiada yang tersisa dari manusia di muka bumi kecuali orang-orang yang beriman. Tiada satu hati yang kafir pun berada di muka bumi dan syaitan mulai mengeluhkan pengangguran.

Berlalulah tahun demi tahun, lalu matilah para orang tua dan anak-anak, dan datanglah anak dari anak-anak. Manusia lupa akan wasiat Nabi Nuh dan mereka kembali menyembah berhala. Manusia menyimpang dari penyembahan yang semata-mata untuk Allah SWT. Akhirnya, tipuan kuno berulang kembali. Para cucu kaum Nabi Nuh berkata: "Kita tidak ingin melupakan kakek kita yang Allah SWT selamatkan mereka dari taufan."

Oleh kerana itu, mereka membuat patung-patung orang-orang yang selamat itu yang dapat mengingatkan mereka dengannya. Dan pengagungan ini semakin berkembang generasi demi generasi, namun akhimya penghormatan itu berubah menjadi penghambaan. Patung- patung itu berubah - dengan bisikan syaitan - menjadi tuhan selain Allah SWT. Dan bumi kembali mengeluhkan kegelapan. Lalu Allah SWT rnengutus junjungan kita Nabi Hud di tengah-tengah kaumnya.

Al-Qur'an menyingkap ceritanya setelah diutusnya Nabi Hud untuk membawa agama kepada manusia. Nabi Hud berasal dari kabilah yang bernama 'Ad. Kabilah ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf. la adalah padang pasir yang dipenuhi dengan gunung-gunung pasir dan tampak dari puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar dan mempunyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal dengan kekuatan fisik di saat itu, dan mereka juga memiliki tubuh yang amat tinggi dan tegak sampai-sampai mereka mengatakan seperti yang dikutip oleh Al-Qur'an:

"Mereka berkata: 'Siapakah yang lebih kuat daripada kami.'" (QS. Fushilat: 15)

Tiada seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan mereka. Meskipun mereka memiliki kebesaran tubuh, namun mereka memiliki akal yang gelap. Mereka menyembah berhala dan membelanya bahkan mereka siap berperang atas namanya. Mereka malah menuduh nabi mereka dan mengejeknya. Selama mereka menganggap bahawa kekuatan adalah hal yang patut dibanggakan, maka seharusnya mereka melihat bahawa Allah SWT yang menciptakan mereka lebih kuat dari mereka. Sayangnya, mereka tidak melihat selain kecongkakan mereka. Nabi Hud berkata kepada mereka:

"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 50)

Itu adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh nabi dan rasul. Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang, dan tidak pernah dicabut kembali. Kaumnya bertanya kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui dakwahmu ini? Imbalan apa yang engkau inginkan?" Nabi Hud memberitahu mereka bahawa ia hanya mengharapkan imbuhan dari Allah SWT. Ia tidak menginginkan sesuatu pun dari mereka selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya kebenaran. Ia mengingatkan mereka tentang nikmat Allah SWT terhadap mereka. Bagaimana Dia menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi Nuh, bagaimana Dia memberi mereka kekuatan fisik, bagaimana Dia menempatkan mereka di bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Dia mengirim hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.

Kaum Hud membuat kerosakan dan mengira bahawa mereka orang-orang yang terkuat di muka bumi, sehingga mereka menampakkan kesombongan dan semakin menentang kebenaran. Mereka berkata kepada Nabi Hud: "Bagaimana engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami mendapati ayah-ayah kami menyembahnya?" Nabi Hud menjawab: "Sungguh orang tua kalian telah berbuat kesalahan." Kaum Nabi Hud berkata: "Apakah engkau akan mengatakan wahai Hud bahawa setelah kami mad dan menjadi tanah yang beterbangan di udara, kita akan kembali hidup?" Nabi Hud menjawab: "Kalian akan kembali pada hari kiamat dan Allah SWT akan bertanya kepada masing-masing dari kalian tentang apa yang kalian lakukan."

Setelah mendengar jawaban itu, meledaklah tertawa dari mereka. Alangkah anehnya pengakuan Hud, demikianlah orang-orang kafir berbisik di antara mereka. Manusia akan mati dan ketika mati jasadnya akan rusak dan ketika jasadnya rusak ia akan menjadi tanah kemudian akan dibawa oleh udara dan tanah itu akan beterbangan, lalu bagaimana semua ini akan kembali ke asalnya. "Kemudian apa pengertian adanya hari kiamat? Mengapa orang-orang yang mati akan bangkit dari kematiannya?" Hud menerima pertanyaan-pertanyaan ini dengan kesabaran yang mulia. Kemudian ia mulai menerangkan pada kaumnya keadaan hari kiamat. Ia menjelaskan kepada mereka bahawa kepercayaan manusia kepada hari akhir adalah satu hal yang penting yang berhubungan dengan keadilan Allah SWT, sebagaimana ia juga sesuatu yang penting yang juga berhubungan dengan kehidupan manusia.

Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang diterangkan oleh semua nabi berkenaan dengan hari kiamat. Sesungguhnya hikmah sang Pencipta tidak menjadi sempurna dengan sekadar memulai penciptaan kemudian berakhirnya kehidupan para makhluk di muka bumi ini, lalu setelah itu tidak ada hal yang lain. Ini adalah masa tenggang yang pertama dari ujian. Dan ujian tidak selesai dengan hanya menyerahkan lembar jawaban. Harus juga disertai dengan koreksi terhadap lembar jawaban itu, memberi nilai, dan menjelaskan siapa yang berhasil dan siapa yang gagal.

Manusia selama hidup di dunia tidak hanya mempunyai satu tindakan; ada yang berbuat kelaliman, ada yang membunuh, dan ada yang melampaui batas. Seringkali kita melihat orang-orang lalim pergi dengan bebas tanpa menjalani hukuman. Cukup banyak orang-orang yang jahat namun mereka mendapatkan fasilitas yang mewah dan mendapatkan penghormatan serta kekuasaan. Ke mana orang-orang yang teraniaya akan mengadu dan kepada siapa orang-orang yang menderita akan mengeluh?

Logika keadilan menuntut adanya hari kiamat. Sesungguhnya kebaikan tidak selalu menang dalam kehidupan, bahkan terkadang pasukan kejahatan berhasil membunuh dan memperdaya para pejuang kebenaran. Lalu, apakah kejahatan ini berlalu begitu saja tanpa mendapatkan balasan? Sungguh suatu kelaliman besar terhampar seandainya kita menganggap bahawa hari kiamat tidak pernah terjadi. Allah SWT telah mengharamkan kelaliman atas diri-Nya sendiri, dan Dia pun mengharamkannya terjadi di antara hamba-hamba-Nya., maka adanya hari kiamat, hari perhitungan, hari pembalasan adalah sebagai bukti kesempurnaan dari keadilan Allah SWT. Sebab hari kiamat adalah hari di mana semua persoalan akan disingkap kembali di depan sang Pencipta dan akan di tinjau kembali, dan Allah SWT akan memutuskan hukum-Nya di dalam-nya. Inilah kepentingan pertama tentang hari kiamat yang berhubungan langsung dengan keadilan Allah SWT.

Ada kepentingan lain berkenaan dengan hari kiamat, yang berhubungan dengan perilaku manusia sendiri. bahawa keyakinan dengan adanya hari akhir, mempercayai hari kebangkitan, perhitungan amal, penerimaan pahala dan siksa, dan kemudian masuk surga atau neraka adalah perkara- perkara yang langsung berkenaan dengan perilaku manusia, di mana konsentrasi manusia dan had mereka akan tertuju dengan alam lain setelah alam ini. Oleh kerana itu, mereka tidak akan terbelenggu oleh kenikmatan dunia, kerakusan kepadanya, dan egoisme untuk menguasinya. Mereka tidak perlu gelisah saat mereka tidak berhasil melihat balasan usaha mereka dalam umur mereka yang pendek dan terbatas. Dengan demikian, manusia semakin meninggi dari tanah yang menjadi asal penciptaannya ke roh yang ditiupkan oleh Tuhannya.

Barangkali persimpangan jalan antara tunduk terhadap imajinasi dunia, nilai-nilainya, dan pertimbangan-pertimbangannya dan ketergantungan dengan nilai-nilai Allah SWT yang tinggi dapat terwujud dengan adanya keimanan terhadap hari kiamat. Nabi Hud telah membicarakan semua ini dan mereka telah mendengarkannya namun mereka mendustakannya. Allah SWT menceritakan sikap kaum itu terhadap hari kiamat:

"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan pertemuan dengan hari kiamat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia: 'Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia, makan dari apa yang kamu, makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian itu, kamu benar-benar menjadi orang- orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahawa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?, jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepadamu itu, kehidupan tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. " (QS. al- Mu`minun: 33-37)

Demikianlah kaum Nabi Hud mendustakan nabinya. Mereka berkata kepadanya: "Tidak mungkin, tidak mungkin." Mereka keheranan ketika mendengar bahawa Allah SWT akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kuburan. Mereka bingung ketika dibe-ritahu bahawa Allah SWT akan mengembalikan penciptaan manusia setelah ia berubah menjadi tanah, meskipun Dia telah menciptakannya sebelumnya juga dari tanah. Seharusnya para pendusta hari kebangkitan itu merasa bahawa mengembalikan penciptaan manusia dari tanah dan tulang lebih mudah dari penciptaannya pertama kali. Bukankah Allah SWT telah menciptakan semua makhluk, maka kesulitan apa yang ditemui-Nya dalam mengembalikannya. Kesulitan itu disesuaikan dengan tolok ukur manusia yang tersembunyi dalam ciptaan., maka tolok ukur manusia tersebut tidak dapat diterapkan kepada Allah SWT. kerana Dia tidak mengenal kesulitan atau kemudahan. Ketika Dia ingin membuat sesuatu, maka Dia hanya sekadar mengeluarkan perintah:

"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah."Lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 117)

Kita juga memperhatikan firman-Nya:

"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya." (QS. al-Mu^minun: 33)

Al-Mala' ialah para pembesar (ar-Ruasa'). Mereka dinamakan al-Mala' kerana mereka suka berbicara dan mereka mempunyai kepentingan dalam kesinambungan situasi yang tidak sehat. Kita akan menyaksikan mereka dalam setiap kisah para nabi. Kita akan melihat para pembesar kaum, orang-orang kaya di antara mereka, dan orang-orang elit di antara mereka yang menentang para nabi. Allah SWT menggambarkan mereka dalam firman-Nya:

"Dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia. " (QS. al-Mukminun: 33)

kerana pengaruh kekayaan dan kemewahan hidup, lahirlah keinginan untuk meneruskan kepentingan-kepentingan khusus, dan dari pengaruh kekayaan dan kekuasaan, muncullah sikap sombong. Para pembesar itu menoleh kepada kaumnya sambil bertanya-tanya: "Tidakkah nabi ini manusia biasa seperti kita, ia memakan dari apa yang kita, makan, dan meminum dari apa yang kita minum? Bahkan barangkali kerana kemiskinannya, ia sedikit, makan dari apa yang kita, makan dan ia minum, menggunakan gelas-gelas yang kotor sementara kita minum dari gelas-gelas yang terbuat dari emas dan perak., maka bagaimana ia mengaku berada dalam kebenaran dan kita dalam kebatilan? Ini adalah manusia biasa, maka bagaimana kita menaati manusia biasa seperti kita? Kemudian, mengapa Allah SWT memilih manusia di antara kita untuk mendapatkan wahyu-Nya?"

Para pembesar kaum Nabi Hud berkata: "Bukankah hal yang aneh ketika Allah SWT memilih manusia biasa di antara kita untuk menerima wahyu dari-Nya?" Nabi Hud balik bertanya: "Apa keanehan dalam hal itu? Sesungguhnya Allah SWT mencintai kalian dan oleh kerananya Dia mengutus aku kepada kalian untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya perahu Nuh dan kisah Nuh tidak jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian melupakan apa yang telah terjadi. Orang-orang yang menentang Allah SWT telah dihancurkan dan begitu juga orang-orang yang akan mengingkari-Nya pun akan dihancurkan, sekuat apa pun mereka." Para pembesar kaum berkata: "Siapakah yang dapat menghancurkan kami wahai Hud?" Nabi Hud menjawab: "Allah SWT."

Orang-orang kafir dari kaum Nabi Hud berkata: "Tuhan-tuhan kami akan menyelamatkan kami." Nabi Hud memberitahu mereka, bahawa tuhan- tuhan yang mereka sembah ini dengan maksud untuk mendekatkan mereka kepada Allah SWT pada hakikatnya justru menjauhkan mereka dari-Nya. Ia menjelaskan kepada mereka bahawa hanya Allah SWT yang dapat menyelamatkan manusia, sedangkan kekuatan lain di bumi tidak dapat mendatangkan mudarat dan manfaat.

Pertarungan antara Nabi Hud dan kaumnya semakin seru. Dan setiap kali pertarungan berlanjut dan hari berlalu, kaum Nabi Hud meningkatkan kesombongan, pembangkangan, dan pendustaan kepada nabi mereka. Mereka mulai menuduh Nabi Hud sebagai seorang idiot dan gila. Pada suatu hari mereka berkata kepadanya: "Sekarang kami memahami rahasia kegilaanmu. Sesungguhnya engkau menghina tuhan kami dan tuhan kami telah marah kepadamu, dan kerana kemarahannya engkau menjadi gila." Allah SWT menceritakan apa yang mereka katakan dalam firman-Nya:

"Kaum 'Ad berkata: 'Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami kerana perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahawa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. " (QS. Hud: 53-54)

Sampai pada batas inilah penyimpangan itu telah terjadi pada diri mereka, sampai pada batas bahawa mereka menganggap, bahawa Nabi Hud telah mengigau kerana salah satu tuhan mereka telah murka kepadanya sehingga ia terkena sesuatu penyakit gila. Nabi Hud tidak membiarkan anggapan mereka bahawa ia gila dan mengigau, naniun ia tidak bersikap emosi tetapi ia menunjukkan sikap tegas ketika mereka mengatakan: "Dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan- sembahan kami kerana perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. "

Setelah tantangan ini tiada lain bagi Nabi Hud kecuali memberikan tantangan yang sama. Nabi Hud hanya pasrah kepada Allah SWT. Nabi Hud hanya memberikan peringatan dan ancaman terhadap orang-orang yang mendustakan dakwahnya. Nabi Hud berkata:

"Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu bahawa Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah karnu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. " (QS. Hud: 54-57)

Manusia akan merasa keheranan terhadap perlawanan kepada kebenaran ini. Seorang lelaki menghadapi kaum yang kasar dan keras kepala serta bodoh. Mereka menganggap bahawa berhala-berhala dari batu dapat memberikan gangguan. Manusia sendiri mampu menentang para tiran dan melumpuhkan keyakinan mereka, serta berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. Bahkan ia siap menentang mereka dan menghadapi segala bentuk, makar mereka. Ia pun siap berperang dengan mereka dan bertawakal kepada Allah SWT. Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Benar. Dia-lah yang menguasai setiap makhluk di muka bumi, baik berupa binatang, manusia, maupun makhluk lain. Tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah SWT.

Dengan keimanan kepada Allah SWT dan dengan kepercayaan pada janji- Nya serta merasa tenang dengan pertolongan-Nya, Nabi Hud menyeru orang-orang kaflr dari kaumnya. Nabi Hud melakukan yang demikian itu meskipun ia sendirian dan merasakan kelemahan kerana ia mendapatkan keamanan yang hakiki dari Allah SWT. Dalam pembicaraannya, Nabi Hud menjelaskan kepada kaumnya bahawa ia melaksanakan amanat dan menyampaikan agama. Jika mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah SWT akan mengganti mereka dengan kaum selain mereka. Yang demikian ini berarti bahawa mereka sedang menunggu azab. Demikianlah Nabi Hud menjelaskan kepada mereka, bahawa ia berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. la bertawakal kepada Allah SWT yang menciptakannya.

Ia mengetahui bahawa siksa akan turun di antara para pengikutnya yang menentang. Beginilah hukum kehidupan di mana Allah SWT menyiksa orang-orang kafir meskipun mereka sangat kuat atau sangat kaya. Nabi Hud dan kaumnya menunggu janji Allah SWT. Kemudian terjadilah masa kering di muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan. Matahari menyengat sangat kuat hingga laksana percikan-percikan api yang menimpa kepala manusia.

Kaum Nabi Hud segera menuju kepadanya dan bertanya: "Mengapa terjadi kekeringan ini wahai Hud?" Nabi Hud berkata: "Sesungguhnya Allah SWT murka kepada kalian. Jika kalian beriman, maka Allah SWT akan rela terhadap kalian dan menurunkan hujan serta menambah kekuatan kalian." Namun kaum Nabi Hud justru mengejeknya dan malah semakin menentangnya., maka masa kekeringan semakin meningkat dan menguningkan pohon-pohon yang hijau dan matilah tanaman-tanaman.

Lalu datanglah suatu hari di mana terdapat awan besar yang menyelimuti langit. Kaum Nabi Hud begitu gembira dan mereka keluar dari rumah mereka sambil berkata: "Hari ini kita akan dituruni hujan." Tiba-tiba udara berubah yang tadinya sangat kering dan panas kini menjadi sangat dingin. Angin mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi bergoyang. Angin terus-menerus bertiup malam demi malam, dan hari demi hari. Setiap saat rasa dingin bertambah.

Kaum Nabi Hud mulai berlari. Mereka segera menuju ke tenda dan bersembunyi di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan kencang dan menghancurkan tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan kulit. Setiap kali angin bertiup, ia menghancurkan dan membunuh apa saja yang di depannya. Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari dengan mengancam kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin Tuhannya.

Allah SWT berfirman:

"Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya." (QS. al-Ahqaf: 24-25) "Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus;, maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). " (QS. al-Haqqah: 7)

Tiada yang tersisa dari kaum Nabi Hud kecuali pohon-pohon kurma yang lapuk. Nabi Hud dan orang-orang yang beriman kepadanya selamat sedangkan orang-orang yang menentangnya binasa.

Pengajaran Dari Kisah Nabi Hud A.S.

Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama.Beliau menghadapi kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran, ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan kata-kata kasar mereka dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata yang halus yang menunjukkan bahawa beliau dapat menguasai emosinya dan tidak sampai kehilangan akal atau kesabaran.

Nabi Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan menuduhnya telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut menolak tuduhan dan ejekan itu dengan hanya mengata:"Aku tidak gila dan bahawa tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu fikiranku sedikit pun tetapi aku ini adalah rasul pesuruh Allah kepadamu dan betul-betul aku adalah seorang penasihat yang jujur bagimu menghendaki kebaikanmu dan kesejahteraan hidupmu dan agar kamu terhindar dan selamat dari azab dan seksaan Allah di dunia mahupun di akhirat."

Dalam berdialog dengan kaumnya.Nabi Hud selalu berusaha mengetuk hati nurani mereka dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan akal dan fikiran yang sihat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima oleh akal mereka tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan jalan mereka namun hidayah iu adalah dari Allah, Dia akan memberinya kepada siapa yang Dia kehendakinya.

http://harmoni-my.org

resepi rendang ayam cili padi


rendang ayam cili padi

Bahan-Bahan:
Seekor ayam di potong  ikut suka
Santan dari 1 biji kelapa.
 4 sudu kerisik ( ikut suka)
Garam secukup rasa.
4 helai daun limau purut
2 helai daun kunyit di siat

bahan mesin
 30 biji cili padi kampung
5 batang serai
 2 inci kunyit hidup
2 inci lengkuas
2 inci halia
5 ulas bawang merah
3 ulas bawang putih

Cara:
1. Masukkan ayam ke dalam kuali biar hingga airnya kering sedikit
2. Bila air ayam telah kering masuk kan bahan yang di mesin tadi.
3. biarkan sehingga bahan mesin dan ayam bersatu dan pekat (kalau cili tak masak dengan sempurna takut sakit perut)
4. masuk kan daun limau purut,daun kunyit dan garam..baunya akan naik
5. bila ayam sudah kering masukan santan cair dan  biarkan sehingga mendidih dan pekat kemudian barulah masukkan santan pekat kacau lagi hingga hampir kering,masukan kerisik  biarkan seketika dan angkat


p/s photo ni ambil guna hp jadi gambar ni tak clear sangat

Monday, June 28, 2010

Ciku

Ciku / Manilkara achras (Mill.) Foeberg. / Sawo
Pokok Ciku merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang boleh dimakan.
Ciku Berasal dari kawasan tengah Amerika Tropika dan Mexico,ciku adalah dari genus Achras dalam famili sapotaceae


Ciku merupakan buah jenis klimaterik dan dikenali dengan pelbagai jenis nama mengikut tempat. Misalnya ciku dikenali sebagai ‘sapodilla’ di United Kingdom, ‘chico’ di Mexico dan ‘naspero’ di Venezuela.

Pokok ciku merupakan tumbuhan tropika hijau yang boleh mencapai ketinggian di antara 10-30 meter. Pokok ciku berbuah sepanjang tahun tetapi penghasilannya adalah tidak seragam. Buah ciku pada amnya berbentuk bujur dimana diameternya di antara 5-9 cm dan beratnya di antara 75-250 gm. Faktor-faktor utama penentu gred dan jenis sesuatu buah ciku ialah bentuk, saiz, warna isi dan citarasanya. Di Malaysia, varieti ciku yang boleh didapati ialah Jantung, Betawi, Pasir dan Subang.


Buah ciku pada amnya mengambil masa di antara 6-8 bulan dari tempoh berbunga untuk mencapai kematangan. Walau bagaimanapun, ciku yang dipetik selepas 7 bulan berbunga adalah lebih besar dan manis.

Buah ciku juga boleh dibuat jem, jus, kepingan ciku kering dan ditinkan dalam bentuk kepingan untuk membuat sherbet dan kandi. Selain itu, ciku juga boleh digunakan sebagai bahan mentah dalam industri pektin, glukosa dan jeli. Di negara lain seperti Amerika Latin, pokok ciku digunakan untuk mengekstrak ‘chicle gum’.


Buah ciku adalah satu buah yang memberi khasiat ubatan yang banyak misalnya daunnya direbus untuk rawatan demam panas, sakit perut dan sebagai antiseptik. Manakala bijinya dihancurkan dan ditelan untuk mengeluarkan batu karang  dalam hati dan ginjal. Teh herba daun ciku disapu pada sendi yang mengalami sakit reumatisme.


Sunday, June 27, 2010

calling out by luna y kristal ost cenderella stepsister



lirik lagu calling out by  luna y kristal
ost cinderella stepsister

Naleul Kkaewooneun Waelowoomae
Jicheobolin Jamaeseo Kkaemyun
Yeojeonhee Utneun Geudaega Saengkaknaseo
Nado Mollae Miso Jitneundae


Ileotgae Tto Salameun Gago
Aleumdawoon Gaejeoli Omyun
Niganamgin Seulpeumae Geuliwoomae
Naneun Tto Igeolileul Geotneunda

Haru Tto Haru Na Salagadaga
Geudae Ileumae Tto Neunmuli Namyun
Na Chameulsoo Upseo Ileotgae Uteulsoo Upseo
Tto Geudae Ileum Bulleobonda

Gaseumae Nameun Sangcheodo Ijaen
Geudaeileum Ijeulaneundae
Naeipseuleul Ggaemeulgo Chamabado
Naesarang Neohanappooningeol

Haru Tto Haru Na Salagadaga
Geudae Ileumae Tto Neunmuli Namyun
Na Chameulsoo Upseo Ileotgae Uteulsoo Upseo
Tto Geudae Ileum Bulleobonda


Amuleotji Ahngae Salagadaga
Sarangi Tto Geuliwoolttaemyun
Geudaega Namgin Apeumae
Nado Moleugae Neunmul Heullindae

Haru Tto Haru Na Salagadaga
Geudae Ileumae Tto Neunmuli Namyun
Na Chameulsoo Upseo (Na Chameulsoo Upseo )
Ileotgae Uteulsoo Upseo
Tto Geudae Ileum Bulleobonda


translate bahasa inglish

When I wake up from the
loneliness that wakes me up
I think about their always smiling face
which makes me smile without knowing

Like this another person leaves
and when another beautiful season arrives
with the sadness and longing for you which you left behind
I walk down this street again

Day after day as I live my life
I get teary after hearing his name
I can't hold it in, I can't laugh like this
I try calling his name again

With the scar he left on my heart
I'm trying to forget his name
although I bite my lips trying to hold it in
my love is only you

Day after day as I live my life
I get teary after hearing his name
I can't hold it in, I can't laugh like this
I try calling his name again

I live my life pretending nothing has happened
When I'm longing for love
with the hurt he has left behind
I start to cry without knowing

Day after day as I live my life
I get teary after hearing his name
I can't hold it in (can't hold it in)
I can't laugh like this
I try calling his name again

sedih nya lagu ni,meruntun hati bila mengharapkan insan yang di sayangi sentiasa berada di hadapan mata
aku juga mengharap kebahagiaan seperti itu 


the climb..

 
 

lirik lagu the climb miley cyrus

I can almost see it
That dream I’m dreaminber
But there’s a voice inside my head saying
"you’ll never reach it"
Every step I’m taking
Every move I make feels
Lost with ’known direction
My faith is shakin
But I
got ta keep tryin
Gotta keep my handheld high

There’s always gonna be another mountain.
I’m always gonna wanna make it move.
Always gonna be an uphill battle
Sometimes I’m gonna have to lose.
Ain’t about how fast I get there.
Ain’t about what’s waitin on the other side.
It’s the climb.

The struggles I’m facing.
The chances I’m taking.
Sometimes might knock me down but
No I’m not breaking.
I may not know it
but these are the moments that
I’m gonna remember most, yeah.
Just gotta keep going.
And I
i gotta be strong.
Just keep pushing on,
’cause,

There’s always gonna be another mountain.
I’m always gonna wanna make it move.
Always gonna be an uphill battle
But Sometimes I’m gonna have to lose.
Ain’t about how fast I get there.
Ain’t about what’s waitin on the other side.
It’s the climb.

Yeah-yeah

There’s always gonna be another mountain.
I’m always gonna wanna make it move.
Always gonna be an uphill battle
Sometimes you’re gonna have to lose.
Ain’t about how fast I get there.
Ain’t about what’s waitin on the other side.
It’s the climb.

Yeah-yeah-yea

Keep on moving,
Keep climbing,
Keep the faith,
Baby

It’s all about,
It’s all about the climb
Keep your faith,
Keep your faith
Whoa, O Whoa

jalan di hadapan masih jauh..tanpa kekuatan.. aku akan rebah..

Saturday, June 26, 2010

Kisah Nabi Nuh a.s

Kisah Nabi Nuh a.s

Nabi Nuh adalah keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.

Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya

Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan " Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.

Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.

Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka terbyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi nuh.

Berkata mereka kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda drp kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudak kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soaL-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui drpmu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalh pendusta belaka."

Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:"Adakah engkau mengira bahwa aku dpt memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendpt amanat dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan gajaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa danazab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.".

Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dpt bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dpt menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."

Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama trehadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dpt ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan drpku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dpt mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnay kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:"Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."

Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya

Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninmggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mangangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingak yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pd para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan an menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan dtg masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan dtg mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah yang bermaksud:

"Sesungguhnya tidak akan seorang drp kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka jgnlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:"Ya Allah! Jgnlah Engkau biarkan seorang pun drp orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt.mereka."

Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.

Nabi Nuh Membuat Kapal

Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bhn yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dpt bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olk dengan mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang ankan menarik kapalmu ke laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekrg mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bg kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu."

Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda drp-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.

Dengan iringan"Bismillah majraha wa mursaha"belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.

Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."

Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalha janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir drp kaummu.Coretlah namanya dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dpt engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya danterjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."

Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia tersesat pd saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang rugi."

Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:"Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."

Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran

Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah "Hud" ayat 27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.

Pengajaran Dari Kisah Nabi Nuh A.S.

Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan drp hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.

Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran yang bermaksud:"Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w.yang bermaksud:"Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri."Juga peribahasa yang berbunyi:"Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."


http://yudhim.blogspot.com

Nabi Idris a.s Bersama Malaikat Izrail

Nabi Idris a.s Bersama Malaikat Izrail

Suatu ketika Nabi Idris a.s telah dikunjungi oleh Malaikat Izrail dan bertanya Nabi Idris a.s katanya: "Hai malaikat Izrail, engkau dantang ini untuk mencabut nyawa atau untuk menziarah?."  Kata Malaikat Izrail aku datang untuk menziarah dengan izin Allah.  Kata Nabi Idris kepada Malaikat Izrail: "Hai Malaikat Izrail, saya ada keperluan dan kepentingan kepadamu"  Kata Malaikat Izrail "Kepentingan apa itu?"  Jawab Nabi Idris "Kepentingan denganmu iaitu supaya engkau mencabut nyawaku dan kemudian Allah menghidupkan kembali sehingga aku dapat beribadah kepada Allah setelah aku merasakan sakaratulmaut".  Kata Malaikat Izrail sesungguhnya aku tidak akan mencabut nyawa seseorang malaikan mendapat izin Allah.  Maka Allah memberi wahyu kepada kepada Malaikat Izrail agar dia mencabut nyata Nabi Idris, maka seketika itu Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris a.s. Maka Malaikat Izrail menangis atas kematian Nabi Idris sambil memohon kepada Allah agar Allah menghidupkan kembali Nabi Idris a.s.

Kemudian Allah mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka Nabi Idris hidup kembali.  Malaikat Izrail bertanya kepada Nabi Idris as.  "Hai saudaraku, bagaimana rasanya sakaratulmaut itu?.  Kata Nabi Idris a.s "Sesungguhnya rasa sakaratulmaut itu saya umpamakan binatang yang hidup itu dilapah kulitnya (dibuang kulitnya semasa hidup-hidup) dan begitulah rasanya sakaratulmaut bahkan lebih seribu kali sakit."

Kata Malaikat Maut: "Secara halus dan berhati-hati aku mencabut nyawa yang seperti itu selama-lamanya."  Kemudian Nabi Idris a.s berkata lagi pada Malaikat Maut:  "Hai Malaikat Maut, saya ada keinginan lagi dengan engkau iaitu saya ingin melihat Neraka Jahanam sehingga saya boleh beribadah kepada Allah dengan bersungguh-sungguh setelah melihat belenggu, rantai-rantai dan kala jengking yang menyengat orang-orang yang ada di Neraka Jahanam."  Kata Malaikat Maut "Bagaimana saya boleh pergi ke Neraka Jahanam tanpa izin Allah".

Mala Allah memberi wahyu kepada Malaikat Maut dengan firman: "Pergilah engkau ke Neraka Jahanam bersama-sama Nabi Idris a.s".  Malaikat Maut pun pergi ke Neraka Jahanam bersama-sama Nabi Idris kemudian Idris melihat segala macam seksaan yang diciptakan Allah untuk musuh-musuhNya yang berupa belenggu, ratai-rantai daripada neraka dan kala jengking serta ular dengan api-api yang menyala dan kayu zakum dan air yang sangat panas untuk diminum oleh ahli neraka tersebut.  Setelah kembali Nabi Idris berkata lagi kepada Malaikat Maut. "Hai Malaikat Maut, saya ada keinginan lagi dengamu iaitu saya ingin melihat syurga sehingga saya boleh tambah meningkatkan amal ibadah,"  maka Malaikat Maut berkata "Bagaimana boleh saya bersamamu ke dalam syurga tanpa izin Allah."  Maka Allah memberi izin pada Malaikat Maut untuk pergi berdua dan berhenti dekat pintu syurga.

Maka Nabi Idris melihat di dalamnya nampak bermacam-macam nikmat dan istana besar lagi indah dan beberapa anugerah yang berharga, juga tumbuh-tumbuhan serta buah-buahan yang beraneka warna dan rasanya berbeza-beza.  Nabi Idris berkata "Hai saudaraku, saya telah merasakan sakitnya sakaratulmaut, saya telah melihat Neraka Jahanam yang didalamnya bermacam-macam rupa seksaan dan azab neraka maka mohonlah engkau kepada Allah agar Allah mengizinkan saya untuk masuk syurga dan minum airnya agar hilang rasa sakitnya sakaratulmaut di tenggkorakku ini dan juga terhindar daripada seksaan Neraka Jahanam.

Maka Malaikat Izrail minta izin kepada Allah lalu mengizinkannya, kemudian masuklah meraka berdua ke alam syurga lalu keluar.  Kemudian Nabi Idris masuk lagi ke dalam syurga dan meletakkan seliparnya di bawah pokok kayu di dalam syurga.  Maka Nabi Idris berkata kepada Malaikat Izrail "Hai Malaikat Maut, selipar saya tertinggal didalam syurga di bawah pokok kayu, maka kembalikanlah saya kedalam syurga,"  maka Nabi Idris masuk kesyurga dan tidak mahu keluar lagi dari syurga.  Maka berteriaklah Malaikat Izrail memanggil Nabi Idris agar keluar dari syurga.  "Hai Idris, keluarlah engaku dari syurga." Maka Nabi Idris pun tidak mahu keluar Allah SWT telah berfirman "Tiap-tiap orang misti merasakan sakaratul maut, sedang saya sudah merasakan sakaratulmaut. Dan Allah SWT berfirman lagi maksudnya: "Tidak ada diantara kamu sekelian kecuali mereka itu memasuki (neraka/syurga) sedang aku pernah memasuki nerakan dan Allah pun juga berfirman lagi maksudnya: "Dan tidaklah mereka itu dikeluarkannya". (keluar daripada syurga).

"Siapakah yang mengeluarkan saya dari syurga" sedangkan Allah telah memberi wahyu kepada malaikat Maut. "Tinggalkanlah dia (Nabi Idris) sesungguhnya Aku telah memutuskan dia di zaman azali dahulu bahawa sesungguhnya dia (Nabi Idris) tergolong ahli dan penghuni syurga."

Dan Allah telah berfirman kepada rasul-rasulNya tentang kisah Nabi Idris dalam firmanNya yang bermaksud. "Dan ingatlah olehmu cerita-cerita dalam kitab Nabi Idris a.s dan seterusnya."

http://members.tripod.com

Kisah Cinta Adam dan Hawa

Kisah Cinta Adam dan Hawa


Syurga yang serba nikmat

Segala kesenangan ada di dalamnya. Semua tersedia apa saja yang diinginkan, tanpa bersusah payah memperolehinya. Sungguh suatu tempat yang amat indah dan permai, menjadi idaman setiap insan. Demikianlah menurut riwayat, tatkala Allah SWT. selesai mencipta alam semesta dan makhluk-makhluk lainnya, maka dicipta-Nya pula Adam ‘alaihissalam sebagai manusia pertama. Hamba yang dimuliakan itu ditempatkan Allah SWT di dalam Syurga (Jannah).

    Adam a.s hidup sendirian dan sebatang kara, tanpa mempunyai seorang kawan pun. Ia berjalan ke kiri dan ke kanan, menghadap ke langit-langit yang tinggi, ke bumi terhampar jauh di seberang, maka tiadalah sesuatu yang dilihatnya dari mahkluk sejenisnya kecuali burung-burung yang berterbangan ke sana ke mari, sambil berkejar-kejaran di angkasa bebas, bernyanyi-nyanyi, bersiul-siul, seolah-olah mempamerkan kemesraan.

    Adam a.s terpikat melihatnya, rindu berkeadaan demikian. Tetapi sungguh malang, siapalah gerangan kawan yang hendak diajak. Ia merasa kesepian, lama sudah. Ia tinggal di syurga bagai orang kebingungan, tiada pasangan yang akan dibujuk bermesra sebagaimana burung-burung yang dilihatnya.

    Tiada pekerjaan sehari-hari kecuali bermalas-malas begitu saja, bersantai berangin-angin di dalam taman syurga yang indah permai, yang ditumbuhi oleh bermacam bunga-bunga kuntum semerbak yang wangi, yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai bercabang-cabang, yang desiran airnya bagai mengandung pembangkit rindu.

Adam kesepian

    Apa saja di dalam syurga semuanya nikmat! Tetapi apalah erti segalanya kalau hati selalu gelisah resah di dalam kesepian seorang diri?

    Itulah satu-satunya kekurangan yang dirasakan Adam a.s di dalam syurga. Ia perlu kepada sesuatu, iaitu kepada kawan sejenis yang akan mendampinginya di dalam kesenangan yang tak terhingga itu. Kadangkala kalau rindu dendamnya datang, turunlah ia ke bawah pohon-pohon rendang mencari hiburan, mendengarkan burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan, tetapi aduh hai kasihan...bukannya hati menjadi tenteram, malah menjadi lebih tertikam. Kalau angin bertiup sepoi-sepoi basah di mana daun-daunan bergerak lemah gemalai dan mendesirkan suara sayup-sayup, maka terkesanlah di hatinya keharuan yang begitu mendalam; dirasakannya sebagai derita batin yang tegak di sebalik nikmat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.

    Tetapi walaupun demikian, agaknya Adam a.s malu mengadukan halnya kepada Allah SWT. Namun, walaupun Adam a.s malu untuk mengadu, Allah Ta'ala sendiri Maha Tahu serta Maha Melihat apa yang tersembunyi di kalbu hamba-Nya. Oleh itu Allah Ta'ala ingin mengusir rasa kesepian Adam.

Hawa diciptakan

    Tatkala Adam a.s sudah berada di puncak kerinduan dan keinginan untuk mendapatkan kawan, sedang ia lagi duduk terpekur di atas tempat duduk yang berlapiskan tilam permaidani serba mewah, maka tiba-tiba ngantukpun datanglah menawannya serta langsung membawanya hanyut ke alam tidur.

    Adam a.s tertidur nyenyak, tak sedar kepada sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam saat-saat yang demikian itulah Allah SWT menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril a.s untuk mencabut tulang rusuk Adam a.s dari lambung sebelah kiri. Bagai orang yang sedang terbius, Adam a.s  tidak merasakan apa-apa ketika tulang rusuknya dicabut oleh malaikat Jibril a.s.

    Dan oleh kudrat kuasa Ilahi yang manakala menghendaki terjadinya sesuatu cukup berkata “Kun!” maka terciptalah Hawa dari tulang rusuk Adam a.s, sebagai insan kedua penghuni syurga dan sebagai pelengkap kurnia yang dianugerahkan kepada Adam a.s yang mendambakan seorang kawan tempat ia boleh bermesra dan bersenda gurau.

Pertemuan Adam dan Hawa

    Hawa duduk bersandar pada bantal lembut di atas tempat duduk megah yang bertatahkan emas dan permata-permata bermutu manikam, sambil terpesona memperhatikan kecerahan wajah dari seorang lelaki kacak yang sedang terbaring, tak jauh di depannya.

    Butir-butir fikiran yang menggelombang di dalam sanubari Hawa seolah-olah merupakan arus-arus tenaga elektrik yang datang mengetuk kalbu Adam a.s, yang langsung menerimanya sebagai mimpi yang berkesan di dalam gambaran jiwanya seketika itu.

    Adam terjaga....! Alangkah terkejutnya ia ketika dilihatnya ada makhluk manusia seperti dirinya hanya beberapa langkah di hadapannya. Ia seolah tak percaya pada penglihatannya. Ia masih terbaring mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.

    Hawa yang diciptakan lengkap dengan perasaan malu, segera memutar badannya sekadar untuk menyembunyikan bukit-bukit di dadanya, seraya mengirimkan senyum manis bercampur manja, diiringi pandangan melirik dari sudut mata yang memberikan sinar harapan bagi hati yang melihatnya.

    Memang dijadikan Hawa dengan bentuk dan paras rupa yang sempurna. Ia dihiasi dengan kecantikan, kemanisan, keindahan, kejelitaan, kehalusan, kelemah-lembutan, kasih-sayang, kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat keperibadian yang terpuji di samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya.

    Ia adalah wanita tercantik yang menghiasai syurga, yang kecantikannya itu akan diwariskan turun temurun di hari kemudian, dan daripadanyalah maka ada kecantikan yang diwariskan kepada wanita-wanita yang datang dibelakangnya.

    Adam a.s pun tak kurang gagah dan kacaknya. Tidak dijumpai cacat pada dirinya kerana ia adalah satu-satunya makhluk insan yang dicipta oleh Allah SWT secara langsung tanpa perantaraan.

    Semua kecantikan yang diperuntukkan bagi lelaki terhimpun padanya. Kecantikan itu pulalah yang diwariskan turun temurun kepada orang-orang di belakangnya sebagai anugerah Allah SWT  kepada makhluk-Nya yang bergelar manusia. Bahkan diriwayatkan bahawa kelak semua penduduk syurga akan dibangkitkan dengan pantulan dari cahaya rupa Adam a.s.

    Adam a.s bangkit dari pembaringannya, memperbaiki duduknya. Ia membuka matanya, memperhatikan dengan pandangan tajam. Ia sedar bahawa orang asing di depannya itu bukanlah bayangan selintas pandang, namun benar-benar suatu kenyataan dari wujud insani yang mempunyai bentuk fizikal seperti dirinya. Ia yakin ia tidak salah pandang. Ia tahu itu manusia seperti dirinya, yang hanya berbeza kelaminnya saja. Ia serta merta dapat membuat kesimpulan bahawa makhluk di depannya adalah perempuan. Ia sedar bahawa itulah dia jenis yang dirindukannya. Hatinya gembira, bersyukur, bertahmid memuji Zat Maha Pencipta.

    Ia tertawa kepada gadis jelita itu, yang menyambutnya tersipu-sipu seraya menundukkan kepalanya dengan pandangan tak langsung, pandangan yang menyingkap apa yang terselit di kalbunya.

Adam terpikat

    Adam terpikat pada rupa Hawa yang jelita, yang bagaikan kejelitaan segala puteri-puteri yang bermastautin di atas langit atau bidadari-bidadari di dalam syurga.

    Tuhan menanam asmara murni dan hasrat berahi di hati Adam a.s serta menjadikannya orang yang paling asyik dilamun cinta, yang tiada taranya dalam sejarah, iaitu kisah cinta dua insan di dalam syurga. Adam a.s ditakdirkan jatuh cinta kepada puteri yang paling cantik dari segala yang cantik, yang paling jelita dari segala yang jelita, dan yang paling harum dari segala yang harum.

    Adam a.s dibisikkan oleh hatinya agar merayu Hawa. Ia berseru: “Aduh, hai si jelita, siapakah gerangan kekasih ini? Dari manakah datangmu, dan untuk siapakah engkau disini?” Suaranya sopan, lembut, dan penuh kasih sayang.
“Aku Hawa,” sambutnya ramah. “Aku dari Pencipta!” suaranya tertegun seketika. “Aku....aku....aku, dijadikan untukmu!” tekanan suaranya menyakinkan.

    Tiada suara yang seindah dan semerdu itu walaupun berbagai suara merdu dan indah terdengar setiap saat di dalam syurga. Tetapi suara Hawa....tidak pernah di dengarnya suara sebegitu indah yang keluar dari bibir mungil si wanita jelita itu. Suaranya membangkit rindu, gerakan tubuhnya menimbulkan semangat.

    Kata-kata yang paling segar didengar Adam a.s  ialah tatkala Hawa mengucapkan terputus-putus: “Aku....aku....aku, dijadikan untukmu!” Kata-kata itu nikmat, menambah kemesraan Adam kepada Hawa.

    Adam a.s sedar bahawa nikmat itu datang dari Tuhan dan cintapun datang dari Tuhan. Ia tahu bahawa Allah SWT itu cantik, suka kepada kecantikan. Jadi, kalau cinta kepada kecantikan berertilah pula cinta kepada Tuhan. Jadi cinta itu bukan dosa tetapi malah suatu pengabdian. Dengan mengenali cinta, makrifah kepada Tuhan semakin mendalam. Cinta kepada Hawa bererti cinta kepada Pencipta. Dengan keyakinan demikian Adam a.s menjemput Hawa dengan berkata: “Kekasihku, ke marilah engkau!” Suaranya halus, penuh kemesraan.

“Aku malu!” balas Hawa seolah-olah menolak. Tangannya, kepalanya, memberi isyarat menolak seraya memandang Adam dengan penuh ketakjuban.

“Kalau engkau yang inginkan aku, engkaulah yang ke sini!” Suaranya yang bagaikan irama seolah-olah memberi harapan.

    Adam tidak ragu-ragu. Ia mengayuh langkah gagah mendatangi Hawa. Maka sejak itulah teradat sudah bahawa wanita itu didatangi, bukan mendatangi.

    Hawa bangkit dari tempat duduknya, menggeser surut beberapa langkah. Ia sedar bahawa walaupun dirinya diperuntukkan bagi Adam a.s, namunlah haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu. Di dalam sanubarinya, ia tak dapat menyangkal bahawa iapun terpesona dan tertarik kepada rupa Adam a.s yang sungguh indah.

    Adam a.s tidak putus asa. Ia tahu itu bukan dosa. Ia tahu membaca isi hati. Ia tahu bukannya Hawa menolak, tetapi menghindarnya itu memanglah suatu perbuatan wajar dari sikap malu seorang gadis yang berbudi. Ia tahu bahawa di balik “malu” terselit “rasa mahu”. Kerananya ia yakin pada dirinya bahawa Hawa diperuntukkan baginya. Naluri insaninya bergelora.

Tatkala sudah dekat ia pada Hawa serta hendak mengulurkan tangan sucinya kepadanya, maka tiba-tiba terdengarlah panggilan ghaib berseru:
“Hai Adam....tahanlah dirimu. Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah!”.

    Adam a.s tertegun, balik ke tempatnya dengan taat. Hawa pun mendengar teguran itu dan hatinya tenteram.
Kedua-dua manusia syurga itu sama terdiam seolah-olah menunggu perintah.

Perkahwinan Adam dan Hawa

    Allah SWT.  Yang Maha Pengasih untuk menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kepada kedua hamba-Nya yang saling memerlukan itu, segera memerintahkan gadis-gadis bidadari penghuni syurga untuk menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta membawakan kepadanya hantaran-hantaran berupa perhiasan-perhiasan syurga. Sementara itu diperintahkan pula kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di bawah pohon “Syajarah Thuba”, menjadi saksi atas pernikahan Adam dan Hawa.

Diriwayatkan bahawa pada akad pernikahan itu Allah SWT. berfirman: “Segala puji adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan para penghuni langit dan syurga bahawa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”.

Malaikat dan para bidadari berdatangan

    Setelah akad nikah selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut. Selesai upacara akad, dihantarlah Adam a.s mendapatkan isterinya di istana megah yang akan mereka diami.

Hawa menuntut haknya. Hak yang disyariatkan Tuhan sejak semula.
“Mana mahar?” tanyanya. Ia menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu.

    Adam a.s bingung seketika. Lalu sedar bahawa untuk menerima haruslah sedia memberi. Ia insaf bahawa yang demikian itu haruslah menjadi kaedah pertama dalam pergaulan hidup.

    Sekarang ia sudah mempunyai kawan. Antara sesama kawan harus ada saling memberi dan saling menerima. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah mahar. Oleh kerananya Adam a.s menyedari bahawa tuntutan Hawa untuk menerima mahar adalah benar.

Mahar perkahwinan Adam

    Pergaulan hidup adalah persahabatan! Dan pergaulan antara lelaki dengan wanita akan berubah menjadi perkahwinan apabila disertai dengan mahar. Dan kini apakah bentuk mahar yang harus diberikan?
Itulah yang sedang difikirkan Adam.

Untuk keluar dari keraguan, Adam a.s berseru: “Ilahi, Rabbi! Apakah gerangan yang akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?”.

“Bukan!” kata Tuhan.

“Apakah hamba akan berpuasa atau solat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya?” tanya Adam a.s dengan penuh pengharapan.

“Bukan!” tegas suara Ghaib.

Adam diam, mententeramkan jiwanya. Kemudian bermohon dengan tekun: “Kalau begitu tunjukilah hamba-Mu jalan keluar!”.

Allah SWT. berfirman: “Mahar Hawa ialah selawat sepuluh kali atas Nabi-Ku, Nabi yang bakal Kubangkit yang membawa pernyataan dari sifat-sifat-Ku: Muhammad, cincin permata dari para anbiya’ dan penutup serta penghulu segala Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!”.
    Adam a.s merasa lega. Ia mengucapkan sepuluh kali salawat ke atas Nabi Muhammad SAW. sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual, kerana Nabi Muhammad SAW  adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar.
“Hai Adam, kini Aku halalkan Hawa bagimu”, perintah Allah, “dan dapatlah ia sebagai isterimu!”.
Adam a.s bersyukur lalu memasuki isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang seimbang.

Allah SWT. berfirman kepada mereka: “Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di dalam syurga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini kerana (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi zalim”.
(Al-A’raaf: 19).
    Dengan pernikahan ini Adam a.s tidak lagi merasa kesepian di dalam syurga. Inilah percintaan dan pernikahan yang pertama dalam sejarah ummat manusia, dan berlangsung di dalam syurga yang penuh kenikmatan. Iaitu sebuah pernikahan agung yang dihadiri oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat.

    Peristiwa pernikahan Adam dan Hawa terjadi pada hari Jumaat. Entah berapa lama keduanya berdiam di syurga, hanya Allah SWT yang tahu. Lalu keduanya diperintahkan turun ke bumi. Turun ke bumi untuk menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT  dengan janji bahawa syurga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang beriman dan beramal soleh.

Firman Allah SWT.: “Kami berfirman: Turunlah kamu dari syurga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, nescaya tidak ada kekhuatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

(Al-Baqarah: 38)

dari http://www.darulnuman.com

tanaman di belakang rumah

petang tadi belek belek pokok tanaman ku di belakang rumah
 pokok cili galak berbuah

cili padi
 beberapa pokok cili padi
 pokok yang ini pula masih berbunga
 pokok yang ni boleh la di petik buahnya

 yang ini pokok labu yang dah mengeluarkan putik..tapi tak tahu la buahnya menjadi atau tidak kerana sekarang ni musim hujan
pokok labu yang masih berbunga
pegaga jepun belum lagi ku pindahkan ke pasu
 anak anak limau purut dan limau kasturi juga dah besar..

Para Nabi Islam (الأنبياء) dalam Al-Quran

Para Nabi Islam (الأنبياء) dalam Al-Quran

Nabi Adam a.s. (آدم) 
Nabi Idris a.s. (ادريس) 
Nabi Nuh a.s.(نوح) 
Nabi Hud a.s. (هود) 
Nabi Saleh a.s. (صالح) 
Nabi Ibrahim a.s. (ابراهيم) 
Nabi Luth a.s. (لوط)
Nabi Ismail a.s. (اسماعيل) 
Nabi Ishaq a.s. (اسحاق)  
Nabi Ya'akub a.s. (يعقوب) 
Nabi Yusuf a.s.(يوسف)  
Nabi Ayub a.s. (أيوب)  
Nabi Syu'aib a.s. (شعيب)
Nabi Musa a.s. (موسى) 
Nabi Harun a.s. (هارون ) 
Nabi Zulkifli a.s. (ذو الكفل) 
Nabi Daud a.s. (داود)  
Nabi Sulaiman a.s. (سليمان) 
Nabi Ilyas a.s.(إلياس)
Nabi Ilyasa' a.s. (اليسع) 
Nabi Yunus a.s. (يونس) 
Nabi Zakaria a.s. (زكريا) 
Nabi Yahya a.s. (يحيى) 
Nabi Isa a.s. (عيسى) 
Nabi Muhammad s.a.w. (محمد)

Wednesday, June 23, 2010

kisah Bilal bin Rabah r.a


 Bilal bin Rabah r.a dilahirkan di Kota Mekah sekitar tahun 43 Sebelum Hijrah(ada pendapat yang mengatakan beliau dilahirkan di Habsyah atau kini disebut negara Ethopia). Bilal r.a dibesarkan di Kota Mekah sebagai seorang hamba anak-anak yatim Bani Abdul Dar yang berada di bawah jagaan Umaiyyah bin Khalaf. Setelah Rasulullah s.a.w dibangkitkan menjadi Nabi dengan membawa risalah Islam, Bilal adalah terdiri dari kalangan orang-orang yang paling awal memeluk Islam.

Ketika beliau memeluk Islam, hanya terdapat beberapa orang sahaja yang memeluk Islam di atas permukaan bumi ini iaitu: Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar As-Siddiq, Ali bin Abi Talib, Ammar ibn Yasir serta ibunya Sumaiyyah, Suhaib Ar-Rumi dan Miqdad Al-Aswad. Beliau menerima Islam melalui sahabatnya yang bernama al Fadl dan dilihat beliau begitu bersungguh-sungguh untuk mendalami ajaran agama Islam sehingga sanggup berulang-alik ke rumah Arqam bin Abi Al-Arqam secara rahsia supaya kegiatannya menerima Islam sebagai sebahagian daripada hidupnya tidak diketahui oleh tuannya.

Namun akhirnya Umaiyah mengetahuinya dan memujuk Bilal agar meninggalkan Islam dan kembali ke ajaran asalnya, tetapi Bilal berkeras untuk mempertahankan Islam sebagai agama dunia dan akhiratnya. Umaiyah pernah berkata,

“Aku berkuasa ke atas tubuh dan jasadmu.”

Tetapi Bilal lantas menjawab,

“Fikiranku, imanku dan kepercayaanku bukan milikmu.”

Setelah gagal memujuk Bilal, Umaiyah nekad untuk bertindak kejam ke atas Bilal dengan mengikat batu besar di tubuh Bilal yang tidak berpakaian, mengheret ke tengah padang pasir yang panas membakar dan memukul tanpa belas kasihan.

Beliau meninggal dunia pada tahun 23 Hijrah di negeri Syam dan dikebumikan di Damsyik. Sepanjang hayatnya beliau diakui sebagai seorang yang patuh dan rajin terhadap tanggungjawabnya, ikhlas, amanah, berani, tabah, dan sanggup menghadapi risiko demi mempertahankan kebenaran. Beliau juga pernah menyertai barisan tentera Islam dalam beberapa peperangan dan dilantik sebagai juruazan oleh Rasulullah dan kerana itulah namanya kini diabadikan kepada setiap juruazan atau bilal.

makan Bilal bin Rabah r.a

Bilal bin Rabah: Suara Emas dari Habsyah

Suatu malam, jauh sepeninggal Rasulullah, Bilal bin Rabbah, salah seorang sahabat utama, bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, Bilal bertemu dengan Rasulullah.

"Bilal, sudah lama kita berpisah, aku rindu sekali kepadamu," demikian Rasulullah berkata dalam mimpi Bilal.
"Ya, Rasulullah, aku pun sudah teramat rindu ingin bertemu dan mencium harum aroma tubuhmu," kata Bilal masih dalam mimpin-ya. Setelah itu, mimpi tersebut berakhir begitu saja. Dan Bilal bangun dari tidurnya dengan hati yang gulana. Ia dirundung rindu.

Keesokan harinya, ia menceritakan mimpi tersebut pada salah seorang sahabat lainnya. Seperti udara, kisah mimpi Bilal segera memenuhi ruangan kosong di hampir seluruh penjuru kota Madinah. Tak menunggu senja, hampir seluruh penduduk Madinah tahu, semalam Bilal bermimpi ketemu dengan nabi junjungannya.

Hari itu, Madinah benar-benar diselubungi rasa haru. Kenangan semasa Rasulullah masih bersama mereka kembali hadir, seakan baru kemarin saja Rasulullah tiada. Satu persatu dari mereka sibuk sendiri dengan kenangannya bersama manusia mulia itu. Dan Bilal sama seperti mereka, diharu biru oleh kenangan dengan nabi tercinta.

Menjelang senja, penduduk Madinah seolah bersepakat meminta Bilal mengumandangkan adzan Maghrib jika tiba waktunya. Padahal Bilal sudah cukup lama tidak menjadi muadzin sejak Rasulullah tiada. Seolah, penduduk Madinah ingin menggenapkan kenangannya hari itu dengan mendengar adzan yang dikumandangkan Bilal.

Akhirnya, setelah diminta dengan sedikit memaksa, Bilal pun menerima dan bersedia menjadi muadzin kali itu. Senjapun datang mengantar malam, dan Bilal mengumandangkan adzan. Tatkala, suara Bilal terdengar, seketika, Madinah seolah tercekat oleh berjuta memori. Tak terasa hampir semua penduduk Madinah menitiskan air mata. "Marhaban ya Rasulullah," bisik salah seorang dari mereka.

Sebenarnya, ada sebuah kisah yang membuat Bilal menolak untuk mengumandangkan adzan setelah Rasulullah wafat. Waktu itu, beberapa saat setelah malaikat maut menjemput kekasih Allah, Muhammad, Bilal mengumandangkan adzan. Jenazah Rasulullah, belum dimakam-kan. Satu persatu kalimat adzan dikumandangkan sampai pada kalimat, "Asyhadu anna Muhammadarrasulullah." Tangis penduduk Madinah yang mengantar jenazah Rasulullah pecah. Seperti suara guntur yang hendak membelah langit Madinah.

Kemudian setelah, Rasulullah telah dimakamkan, Abu Bakar meminta Bilal untuk adzan. "Adzanlah wahai Bilal," perintah Abu Bakar.

Dan Bilal menjawab perintah itu, "Jika engkau dulu membebaskan demi kepentinganmu, maka aku akan mengumandangkan adzan. Tapi jika demi Allah kau dulu membebaskan aku, maka biarkan aku menentukan pilihanku."
"Hanya demi Allah aku membebaskanmu Bilal," kata Abu Bakar.
"Maka biarkan aku memilih pilihanku," pinta Bilal.
"Sungguh, aku tak ingin adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah," lanjut Bilal.
"Kalau demikian, terserah apa kehendakmu," jawab Abu Bakar.
 
Di atas, adalah sepenggal kisah tentang Bilal bin Rabah, salah seorang sahabat dekat Rasulullah. Seperti yang kita tahu, Bilal adalah seorang keturunan Afrika, Habasyah tepatnya. Kini Habasyah biasa kita sebut dengan Ethiopia.

Seperti penampilan orang Afrika pada umumnya, hitam, tinggi dan besar, begitulah Bilal. Pada mulanya, ia adalah budak seorang bangsawan Makkah, Umayyah bin Khalaf. Meski Bilal adalah lelaki dengan kulit hitam pekat, namun hatinya, insya Allah bak kapas yang tak bernoda. Itulah sebabnya, ia sangat mudah menerima hidayah saat Rasulullah berdakwah.

Meski ia sangat mudah menerima hidayah, ternyata ia menjadi salah seorang dari sekian banyak sahabat Rasulullah yang berjuang mempertahankan hidayahnya. Antara hidup dan mati, begitu kira-kira gambaran perjuangan Bilal bin Rabab.

Keislamannya, suatu hari diketahui oleh sang majikan. Sebagai ganjarannya, Bilal di siksa dengan berbagai cara. Sampai datang padanya Abu Bakar yang membebaskannya dengan sejumlah uang tebusan.

Boleh dikata, di antara para sahabat, Bilal bin Rabah termasuk orang yang amat tegas dalam mempertahankan agamanya. Zurr bin Hubaisy, suatu ketika berkata, orang yang pertama kali menampakkan keislamannya adalah Rasulullah. Kemudian setelah beliau, ada Abu Bakar, Ammar bin Yasir dan keluarganya, Shuhaib, Bilal dan Miqdad.

Selain Allah tentunya, Rasulullah dilindungi oleh paman beliau. Dan Abu Bakar dilindungi pula oleh sukunya. Dalam posisi sosial, orang paling lemah saat itu adalah Bilal. Ia seorang perantauan, budak belian pula, tak ada yang membela. Bilal, hidup sebatang kara. Tapi itu tidak membuatnya merasa lemah atau tak berdaya. Bilal telah mengangkat Allah sebagai penolong dan walin-ya, itu lebih cukup dari segalanya.

Derita yang ditanggung Bilal bukan alang kepalang. Umayyah bin Khalaf, sang majikan, tak berhenti hanya dengan menyiksa Bilal saja. Setelah puas hatinya menyiksa Bilal, Umayyah pun menyerahkan Bilal pada pemuda-pemuda kafir berandalan. Diarak berkeliling kota dengan berbagai siksaan sepanjang jalan. Tapi dengan tegarnya, Bilal mengucap, "Ahad, ahad," puluhan kali dari bibirnya yang mengeluarkan darah.

Bilal bin Rabah, meski dalam strata sosial posisinya sangat lemah, tapi tidak di mata Allah. Ada satu riwayat yang membukti-kan betapa Allah memberikan kedudukan yang mulai di sisi-Nya.

Suatu hari Rasulullah memanggil Bilal untuk menghadap. Rasulullah ingin mengetahui langsung, amal kebajikan apa yang menja-dikan Bilal mendahului berjalan masuk surga ketimbang Rasulullah.

"Wahai Bilal, aku mendengar gemerisik langkahmu di depanku di dalam surga. Setiap malam aku mendengar gemerisikmu."

Dengan wajah tersipu tapi tak bisa menyembunyikan raut bahagianya, Bilal menjawab pertanyaan Rasulullah. "Ya Rasulullah, setiap kali aku berhadats, aku langsung berwudhu dan shalat sunnah dua rakaat."

"Ya, dengan itu kamu mendahului aku," kata Rasulullah membenarkan. Subhanallah, demikian tinggi derajat Bilal bin Rabah di sisi Allah.
Meski demikian, hal itu tak menjadikan Bilal tinggi hati dan merasa lebih suci ketimbang yang lain. Dalam lubuk hati kecilnya, Bilal masih menganggap, bahwa ia adalah budak belian dari Habasya, Ethiopia. Tak kurang dan tak lebih.

Bilal bin Rabah, terakhir melaksanakan tugasnya sebagai muadzin saat Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah. Saat itu, Bilal sudah bermukim di Syiria dan Umar mengunjunginya.

Saat itu, waktu shalat telah tiba dan Umar meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan sebagai tanda panggilan shalat. Bilal pun naik ke atas menara dan bergemalah suaranya.

Semua sahabat Rasulullah, yang ada di sana menangis tak terkecuali. Dan di antara mereka, tangis yang paling kencang dan keras adalah tangis Umar bin Khattab. Dan itu, menjadi adzan terakhir yang dikumandangan Bilal, hatinya tak kuasa menahan kenangan manis bersama manusia tercinta, nabi akhir zaman.

Lirik Bilal Bin Rabah 
All One

Suara muazzin terdengar
Memanggil insan menyembah Allah
Sejenak terimbau ingatan
Kepada insan yang mulia

Dirimu hanyalah sahaya
Syahadah itu kebebasanmu
Derapan kakimu terdengar
Di depan Rasulmu di Syurga

Alunan azanmu terhenti
Hari kewafatan kekasih tercinta
Lalu berderailah tangisan
Suara emas tak terdengar lagi

Kau Bilal Bin Rabah
Cekal dan tabah
Dipanggang di gurun yang panas
Biarpun dirimu didera disiksa
Bibirmu tetap menyebut

Allah Tuhanku
Allah Yang Satu
Tiada Tuhan selain Allah
Muhammad pesuruh Allah

Alunan azanmu terhenti
Hari kewafatan kekasih tercinta
Lalu berderailah tangisan
Suara emas tak terdengar lagi

Kau Bilal Bin Rabah
Cekal dan tabah
Dipanggang di gurun yang panas
Biarpun dirimu didera disiksa
Bibirmu tetap menyebut

Allah Tuhanku
Allah Yang Satu
Tiada Tuhan selain Allah
Muhammad pesuruh Allah

Di balik kulitmu yang hitam
Tersimpan hati seputih kapas
Suara azanmu bergema
Adalah silammu yang luka
Adalah butiran mutiara
Menjadi tauladan manusia